KAPRODI PAI APRESIASI HMPS PAI SUKSES GELAR SEMINAR MODERASI BERAGAMA

HMPS PAI IAIN Pontianak sukses menyelenggarakan Seminar Moderasi Beragama, Sabtu (27/05/2023) di Aula FTIK Lantai V. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber kompeten yaitu Wakil Dekan I FTIK, Eka Hendry AR, S.Ag.,S.Pd., M.Si., M.Pd  membahas tentang “Telaah Kritis terhadap Wacana Moderasi Beragama” dan Koordinator Rumah Moderasi IAIN Pontianak, Faisal Abdullah, M.S.I mengupas tentang “Nilai-nilai Universal dalam Agama”. Acara tersebut dihadiri pula oleh Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Dr. Syamsul Kurniawan, S.Th.I., M.S.I sekaligus membuka acara secara resmi.

Dalam sambutannya, Dr. Syamsul Kurniawan, S.Th.I., M.S.I mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh HMPS PAI. Ia mengungkapkan, ada empat indikator seseorang dikatakan moderat dalam beragama antara lain, memiliki komitmen kebangsaan, toleransi (baik pada mereka yang berkebutuhan khusus, berbeda pendapat, maupun kepada mereka yang memiliki selera lain dalam beragama), anti kekerasan baik kekerasan secara fisik, lisan, dan psikis. Kemudian yang terakhir penerimaan terhadap tradisi (tidak memotong urat nadi melalui tradisi selama tradisi tersebut positif dan dapat mempertahankan identitas bangsa Indonesia).

Sementara itu, narasumber pertama dalam seminar tersebut, Faisal Abdullah, M.S.I memaparkan materi tentang nilai-nilai universal dalam agama. Ia menjelaskan bahwa nilai-nilai keagamaan yang semestinya dimiliki oleh setiap makhluk beragama adalah rasa kemanusiaan, kasih sayang, keadilan, dan kemaslahatan. Menurutnya, hal inilah yang juga menjadi uswah dari Baginda Nabi Muhammad SAW kepada ummatnya. Sejatinya role model dalam moderasi beragama yaitu Rasulullah SAW.

Narasumber kedua, Eka Hendry Ar, S.Ag.,S.Pd., M.Si., M.Pd mengupas tentang telaah kritis terhadap wacana moderasi beragama. Dalam penyampaiannya, makna moderat atau disebut pula washatiyyah yaitu bersikap pertengahan sesuai dengan koridornya. Ia menegaskan bahwa wacana moderasi beragama tidak boleh kehilangan daya kritisnya. Oleh karena itu kampus harus memberikan wadah itu agar mahasiswa memiliki daya kritis dan tidak mudah termakan paham-paham yang radikal.

 

Penulis: Infokom HMPS PAI

Editor: Septian Utut Sugiatno, M.Pd

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *