FTIK ULUNG DAN UNGGUL MENGGEMA DI PBAK 2022, PIMPINAN FTIK AJAK MAHASISWA MENJADI GURU PROFESIONAL

FTIK ulung dan unggul menggema di kegiatan PBAK 2022. Setelah Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Drs. H. Yapandi Ramli, M.Pd  memberikan orasinya mewakili Dekan FTIK IAIN Pontianak yang berhalangan hadir, Rabu (31/08) Sport Centre IAIN Pontianak. Dalam kesempatan ini hadir pula Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan Administrasi Umum, Dr. Sahrani, M.Pd. Dalam kesempatan itu ia juga mengajak mahasiswa baru untuk menjadi guru professional dan teladan bagi mahasiswa lainnya.

Lebih lanjut, Yapandi Ramli menyebut jika mahasiswa baru yang saat ini telah bergabung di FTIK beruntung. Menurutnya banyak orang yang ingin menjadi guru, namun karena sesuatu dan lain hal tidak bisa. Profesi guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Oleh karenanya dibutuhkan tanggungjawab yang besar dalam perjalanannya. Menjadi guru tidak hanya sebatas tampilan luarnya saja, lebih dari itu harus didukung dengan akhlakul karimah yang baik.

“Guru professional harus memiliki penampilan yang mencerminkan sosok guru itu sendiri. Oleh karena itu maskot guru harus ada dalam diri Mahasiswa FTIK. Tampilan luar saja tidak cukup, tapi juga harus didukung dengan akhlakul karimah,” ujarnya.

Ia menambahkan, FTIK memiliki visi, Terwujudnya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang Ulung dan Terbuka dalam Kajian Kependidikan dan Riset Keislaman, Keilmuan dan Kebudayaan Borneo Tahun 2030. Maka dari itu ada 4 kompetensi yang harus dikuasai oleh guru, antara lain, kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Aspek kepribadian inilah yang harus dikedepankan.

Sementara itu, Wakil Dekan II FTIK, Dr. Sahrani, M.Pd mengajak mahasiswa baru untuk belajar sungguh-sungguh. Jangan buat orang tua kecewa dan putus asa. Jadikan orang tua yang senantiasa bahagia tersenyum bahkan saat mereka meninggalkan dunia ini.

“Saya ingin memberi contoh sejarah siti hajar. Perjuangan siti hajar berat. Bahkan dalam banyak cerita, saya ambil satu cerita, ketika beliau harus berada di gurun yang tandus dan panas terik matahari. Siti Hajar harus berusaha maksimal untuk mencari air bagi dirinya dan anaknya. Allah tahu bahwa Siti Hajar dan Ismail membutuhkan air, namun Allah memiliki kehendaknya. Sehingga Siti Hajar harus melalui perjuangan,” terangnya.

“Ini adalah suatu proses pelajaran penting bagi umat. Allah ingin manusia melakukan kausalitas, hukum sebab akibat. Tentu kalian akan dihadapkan pada suatu tantangan, yang harus kalian hadapi semua tantangan itu. Jangan lari dari masalah. Tapi anda mampu mencari solusi dari permasalahan itu,” tambahnya.

Ia mendoakan kesuksesan bagi mahasiswa. “Adik-adik saya doakan sukses. Tapi apalah arti doa orang, kalau tidak ada usaha dan doa dari kalian sendiri. Ayo kita berjanji bersama, kami berjanji ingin membahagiakan kedua orang tua, ingin mengubah ekonomi keluarga kami, ingin mengangkat derajat kedua orang tua kami, dengan keberhasilan kami mereka bisa tersenyum, mereka bisa bangga, mereka bisa tertawa kehadiran kami, demi keberhasilan khususnya keberhasilan kami tuntas, selesai, dari kampus ini dengan membawa ilmu, perilaku, akhlak, tabiat yang mulia, bermanfaat ilmunya untuk kami, saudara-saudara kami, keluarga kami, bangsa dan negara kami, Amin Ya Allah. Semoga Allah kabulkan,” ujarnya.

“Kalau mau sukses, niatkan dalam hati kita. Pilihan yang sudah ditentukan menjadi pilihan utama. Jalani apa yang sudah Allah tentukan. Belajar dengan sungguh-sungguh. Tidak ada alasan bermalas-malasan. Cari solusinya. Jangan lupa berdoa. Doa kalian dan doa orang tua akan dikabulkan Allah. Kata baginda Rasul, malaikat akan senantiasa menurunkan sayapnya kepada umatnya yang menuntut ilmu. Allah akan menjamin rezeki orang yang menuntut ilmu. Ada niat, ada usaha, ada doa. Lengkapi itu dengan tawakkal kepada Allah,” pungkasnya.

Yufika, salah satu mahasiswa baru Program Studi Pendidikan Bahasa Arab mengaku memeroleh motivasi setelah mendengar orasi dari pimpinan FTIK tadi. “Terima kasih telah memberikan motivasi dan semangat serta nasihat yang bermanfaat bagi perjalanan akademik kami nantinya,” ungkapnya.

Anggi Rahmi, mahasiswa baru Program Studi Pendidikan Agama Islam berharap dapat menyelesaikan studi dalam rentang waktu yang ideal 3,5 hingga 4 tahun. Harapannya agar tidak merepotkan kedua orang tua. Hal ini ia lakukan agar nantinya sukses dan dapat membahagiakan orang tua, sekaligus mempelajari lebih dalam tentang keagamaan.

 

Penulis: Septian Utut Sugiatno, M.Pd

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *