2 DOSEN FTIK MENJADI NARASUMBER NGOPI BORNEO SERI #3, KUPAS HANTU DAN SUNGKUI

Pontianak (ftik.iainptk.ac.id) – Dosen-Dosen FTIK IAIN Pontianak kembali menjadi narasumber Ngopi Borneo yang diselenggarakan oleh LP2M IAIN Pontianak yaitu, Dr. Syamsul Kurniawan, M.Si dan Septian Utut Sugiatno, M.Pd, Jumat (18/03) di Ruang Pertemuan Wakil Rektor I. Keduanya masing-masing membahas tentang entri H dan S yaitu Hantu dan Sungkui. Sesi dibuka dengan sambutan Ketua LP2M, Sukardi, M.Hum dan arahan Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, M.Hum.

Firdaus Achmad mengungkapkan istilah Ngopi Borneo singkatan dari Ngobrol Pagi bisa dikatakan juga sebagai Ngobrol Pintar karena Borneo bisa dimainkan katanya, “Born” berarti lahir dan “EO” Ensiklopedia Original. Apa yang digagas oleh LP2M adalah upaya untuk menghadirkan catatan sejarah yang berproses panjang. Terkadang di kampus ini sering melupakan proses yang terjadi, yang dilihat ujung atau hasilnya. Ngopi Borneo ini harus dijaga prosesnya, sehingga ketika hasilnya hadir tidak akan banyak kesalahpahaman dari orang tentang ensiklopedia borneo yang kita lahirkan nantinya. Mudah-mudahan tidak hanya ensiklopedia borneonya saja yang dilahirkan, namun semoga banyak tulisan kawan-kawan yang dapat diterbitkan di jurnal terakreditasi maupun terindeks scopus.

Sementara itu, Syamsul Kurniawan selaku narasumber pertama menyampaikan materi tentang Hantu. Menurut pemaparannya, Kata Hantu (dibaca: antu) oleh orang Melayu Pontianak merujuk pada kepercayaan mereka terhadap sosok makhluk halus dalam jenis apapun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hantu dikonotasikan sebagai roh jahat (yang dianggap terdapat di tempat- tempat tertentu). Namun, dari hasil penelusurannya, orang Melayu Pontianak tidak selalu mengkonotasikan hantu sebagai roh jahat.

Kecenderungan orang Melayu Pontianak yang mengklasifikasikan hantu pada dua kategori, yaitu hantu jahat dan hantu baik menemukan relevansinya, jika kita membaca publikasi C. Martha Sims yang berjudul Living Folklore. Dalam publikasinya tersebut, Sims mengklasifikasikan hantu menjadi dua, dari sudut profan dan sakral. Hantu yang suka menggoda, menjahili, dan menyakiti manusia merupakan tipe hantu yang profan. Sementara hantu yang hanya muncul saja atau sebatas menampakkan diri, bahkan membantu manusia, merupakan tipe hantu yang sakral.

Septian Utut sebagai narasumber kedua membahas mengenai Sungkui. Sungkui, makanan khas Kabupaten Sanggau yang terkenal enak dan dikenal sebagai makanan langka saat ini. Bukan karena tidak adanya orang yang mengolah makanan tersebut, melainkan penggunaan daun keririt sebagai pembungkusnya yang saat ini sudah susah ditemukan.
Berdasarkan informasi di Wikipedia.org/wiki/Kabupaten Sanggau, Sungkui merupakan kuliner khas masyarakat Melayu Sanggau dan menjadi identitas utama Sanggau yang pembuatannya menggunakan bahan dasar beras yang dibungkus dengan daun dan dimasak secara khas. Sungkui biasanya disajikan dengan opor ayam dan sambal nenas. Panganan tradisional ini biasa disajikan saat hari raya Idul Fitri dan pada acara adat Melayu lainnya.

Penulis: Septian Utut
Editor: Dian Kartika Sari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *