Pontianak (ftik.iainptk.ac.id) – “Saya di sini ingin mengungkapkan realitas pembelajaran di masa pandemi, akan saya sampiakan banyak persoalan yang lebih jelas lagi. Dan di akhir ada tawaran dan solusi bagaimana melakukan transformasi pendidikan di masa pandemi” tutur Budiyono, Sekretaris Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak pada saat memaparkan materi di acara Webinar Transformasi Pendidikan yang diselenggrakan oleh Lembaga Pendidikan Maarif Kota Pontianak. (12/8)
Ia menjelaskan tentang pembelajaran di masa pandemi, yang pertama adalah memanfaatkan teknologi informasi , yang kedua mendesain model pembelajaran berbasis daring.
“Kita sebagai dosen atau guru tentu mendesain pembelajaran daring berbeda dengan ketika tatap muka, bagaimana mengolah pola komunikasi yang sangat berbeda, maka butuh kecermatan sebagai pendidik bagaiman mendesain pola pembelajaran yang tepat” ungkapnya.
Menurutnya, pembelajaran di saat pandemi yang ketiga adalah membiasakan diri dengan teknologi informasi dan komunikasi, bagaimana membuat media teknologi menjadi fungsional dalam pembelajaran.
“jadi mulailah membiasakan diri dengan teknologi, sesuatu memang harus dikerjakan secara berulang ulang sehingga nantinya akan terbiasa” tandas Dosen FTIK IAIN tersebut.
Ia merincikan beberapa problem yang terjadi di dunia pendidikan seperti beberapa daerah dan sekolah yang belum memiliki jaringan internet, problem lainya muncul bahwa menurut Survey Mujan Research And Consulting tahun 2020, menunjukan bahwa 67% masyarakat Indonesia terbebani dengan biaya internet, padahal hal tersebut sangat dibutuhkan saat pandemi.
”realitas yang lain menunjukkan bahwa ketika pembelajarann merasa sulit memantau perilaku siswa, 38 persen siswa mengaku kekurangan bimbingan guru akibat pembelajaran daring ini” ungkapnya
Budiyono menjelaskan bahwa guru belum efektif memberikan pembelajaran secara daring, karena hanya banyak memberikan tugas, sedangkan orang tua di rumah belum siap menggantikan peran guru. Karena tidak semua orang tua memahami setiap mata pelajaran, di samping mengurusi rumah, orang tua juga mengurusi anak.
Tawaran/Solusi Transformasi Pendidikan
Yang pertama adalah bagaimana perlunya pengembangan kurikulum secara kontekstual, dala hal ini terdapat pendekaan filsafat pendidikan, yaitu pendekatan filsafat naturalis, bagaimana siswa belajar dengan alam dan lingkungannya.
Tawaran Solusi yang kedua menurut Sekreataris Prodi PGG ini adalah pembelajaran berbasi sisio kultural, yaitu bagaimana siswa belajar langsung dengan kehidupan nyata di lingkungan masyarakat berpatkan dengan kurikulum pelajaran yang ada, sehingga pembelajaran siswa tidak kaku .
Yang ketiga adalah implementasi dalam seluruh aspek kehidupan siswa. Bagaimana tenaga pendidik dan orang tua mengajarkan siswa menghormati orang tua, seperti ketika ingin pergi bermain, diajarkan bagaimana meminta izin, Sehingga orang tua tidak perlu melihat teori-teori.
“nah untuk tawaran saya yang terakhir adalah pembelajaran berbasis social responsibility. Contohnya siswa perlu mengikuti kegiatan di masyarakat, ketika kerja bakti, atau pelaksanaan fardu kifayah, sehingga siswa parktik langsung dan tidak bosan, inilah solusi berdasarkan perspektif saya dengan basis impelementasi” imbuhnya.
Penulis: Siti Maulida (Mahasiswa IAIN Pontianak)
Editor: Dian Kartika Sari