Pendidikan Agama Islam untuk Membangun Kesadaran Ilmiah

Pendidikan agama Islam merupakan sebuah penting, tidak saja karena diperlukan untuk membangun kesadaran keberagamaan yang punya konsekuensi positif bagi kehidupan sosial seorang pemeluk agama, tetapi juga membangun kesadaran ilmiah. Dalam buku yang saya tulis dengan mendiang Prof. Dr. H. Moh. Haitami Salim, M.Ag berjudul Filsafat Ilmu; Diskursus-Diskursus Ilmu yang Penting Bagi Guru Agama Islam di Sekolah/ Madrasah (STAIN Pontianak Press, 2012) kami pernah ungkapkan bahwa kesadaran ilmiah ini penting bertumbuh dan berkembang dari seorang pemeluk agama Islam, sehingga pada gilirannya bertumbuh dan berkembang padanya kesadaran untuk menjaga pola pikir dan perilaku ilmiah dalam pergaulannya di masyarakat.

Untuk itu menjadi penting peranan dari guru agama Islam baik di sekolah atau madrasah dalam membangun kesadaran ilmiah ini di tengah-tengah siswa mereka tentang bagaimana Allah Swt telah mengatur semua proses penciptaan di langit dan di bumi beserta sunatullah yang memungkinkan diperolehnya penjelasan yang ilmiah. Dalam konteks penciptaan alam semesta misalnya.

Ketika mendiskusikan temuan-temuan astronomi pada siswa. Sebagaimana dimafhumi temuan astronomi telah menyebabkan pengamat kosmologi terbelah menjadi dua kelompok.dominan: pertama, kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan diciptakannya sampai sekarang ini tak berubah; kedua, kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau beruba dan sampai saat ini masih terus mengembang/membesar.

Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya big bang, yang mana ada sebuah tafsiran yang berkembang bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan macam atom yang terbentuk.

Penjelasan ini dirasa tidak cukup, karena itu para ahli ilmu alam pun telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan. Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2.

Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan materi semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang  itupun mulai bercahaya.

Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar sehingga terbentuk planet-planet ataupun benda angkasa lainnya selain bintang.

Diperkirakan proses pengembangan alam semesta tersebut  masih berlangsung hingga saat ini. Dimana setiap galaksi satu dan galaksi lainnya saling berjauhan satu sama lain setiap waktunya. Proses ini akan terus berlangsung hingga akhir jaman, dimana alam semesta sudah tidak memiliki energi yang menopangnya lagi dan alam ini sudah mencapai batas akhir dari proses pengembangannya. Hingga akhirnya alam semesta ini runtuh. Tak bisa kita bayangkan kerusakan apa yang akan terjadi ketika bumi, planet yang menjadi rumah bagi manusia, tertimpa reruntuhan alam semesta yang tak terhingga besarnya. Tentang temuan-temuan ilmiah ini, bukan tidak mungkin jika ditelusuri ada kemungkinan penjelasan teologis yang bisa mereka dapat dari ayat-ayat Al-Qur‘an dan/ atau hadits-hadits dari Nabi Saw.

Apalagi Islam memang sangat tinggi perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan, dan betapa Allah Swt telah mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada umatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut: Al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah SWT memang telah memerintahkan hamba-Nya yang muslim untuk menjadikan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Sementara itu tentang kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam banyak hal.

Sampai di sini bisa disimpulkan, betapa penting kedudukan guru agama dalam membangun kesadaran ilmiah pada siswa-siswa mereka; bukan sebatas memenuhi tugas-tugas profesional mereka sebagai guru di sekolah/ madrasah tetapi juga melekat pada identitas sebagai muslim yang amat penting berpola pikir dan berperilaku ilmiah.***

Penulis: Syamsul Kurniawan (Dosen PAI FTIK IAIN Pontianak/ Kandidat Doktor di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *