Dalam rangka akan dimulainya perkuliahan semester genap tahun akademik 2022/2023, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak menyelenggarakan rapat koordinasi bersama dosen pengampu mata kuliah, Kamis (09/02) di Aula FTIK Lantai V Ruang 509. Kegiatan ini juga diselenggarakan melalui Zoom Meeting untuk mengakomodir dosen yang berhalangan hadir secara langsung. Acara ini dihadiri oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Ali Hasmy, M.Si. Turut hadir Dekan FTIK, Dr. H. Hermansyah, M.Ag beserta Wakil Dekan I, Eka Hendry AR, M.Si., M.Pd dan Kabag TU FTIK, H. Tommy Hardiansyah, MM. Dihadiri pula oleh seluruh Ketua Prodi, Ketua GKM dan UPM di lingkungan FTIK IAIN Pontianak.
Dekan FTIK, Dr. H. Hermansyah, M.Ag mengucapkan terima kasih kepada segenap dosen yang telah bersedia hadir untuk menyukseskan proses perkuliahan di FTIK. Dalam sambutannya, ia menjelaskan tentang dua prodi yang telah menyelesaikan proses akreditasinya. “Alhamdulilah Prodi PAI memeroleh predikat unggul dan PBA meraih predikat baik sekali. Kami mengucapkan terima kasih atas kerja keras bapak ibu yang telah berjuang dan berkorban atas hasil tersebut. Ini merupakan potret kita semua,” ungkapnya.
Lebih lanjut terkait akreditasi tersebut, ia menuturkan ada beberapa temuan yang perlu dievaluasi. Di antaranya mengenai penelitian dan pengabdian masyarakat dosen. Ia berharap kepada setiap dosen di lingkungan FTIK untuk melaporkan kegiatan penelitian dan PkM baik yang dibiayai maupun mandiri kepada fakultas. Harapannya untuk mendokumentasikan sekaligus mengarsipkan segala hal yang berkenaan dengan hal tersebut. Ia juga berharap ke depan setiap dosen mendapat alokasi penganggaran terkait penelitian dan PkM.
Selanjutnya mengenai RPS dan silabus yang belum seragam serta pembenahan kurikulum di FTIK. Persoalan lainnya yaitu mengenai sarpras yang terbatas dan belum maksimal. Seperti fasilitas lab bahasa Arab dan bahasa Inggris serta lab micro teaching. Beberapa hal tersebut perlu kerjasama yang ekstra dari semua pihak termasuk sokongan dan dorongan dari institut.
Dalam kesempatan itu ia juga menyinggung soal NUP maupun NIDK bagi Dosen Luar Biasa (DLB) di lingkungan FTIK. Karena hal ini berkaitan pula dengan ketersediaan SDM di FTIK yang berdampak pada nilai akreditasi di masa akan datang. Ia juga mohon kesediaan dan kerjasama dari setiap dosen untuk mengisi dan memonitor SIAKAD-nya masing-masing. Demi lancar dan suksesnya proses perkuliahan di setiap semesternya.
Sementara itu, Wakil Rektor I Bidang APL, Dr. Ali Hasmy, M.Si mengungkapkan beberapa hal, di antaranya, soal sistem perkuliahan yang hingga saat ini masih belum ada kebijakan yang mencabut perkuliahan daring. “Sampai saat ini belum dicabut perkuliahan daring. Namun karena kasus Covid sudah mereda, maka kita ekstra luring. Namun tidak menutup kemungkinan kita masih bisa melaksanakan hybrid learning. Tapi kami masih harus melihat kebijakan pusat terlebih dahulu. Tentu ini akan sangat membantu kita untuk menyiasati dalam memaksimalkan ruang kuliah secara ‘fisik’. Berkaitan supporting daring tadi, maka saya minta PTID untuk meningkatkan bandwitchnya yang tentu akan berimplikasi pada pembiayaan. Tapi itu menjadi pertimbangan,” ujarnya.
Dalam penyusunan kurikulum, ia berharap mengedepankan adab dan akhlak. “Kita perlu memasukkan beberapa mata kuliah yang mengakomodir hal tersebut. Seperti makul ta’lim muta’alim. Bisa juga kita masukkan elemen itu dalam setiap mata kuliah,” terangnya.
“Jika kurikulumnya sudah clear, maka saat mengajar, bapak ibu pimpinan prodi apabila mengatur jadwal, maka perhatikan dosen homebase bapak ibu. Berdayakan homebase prodinya dulu. Hal ini agar dapat memenuhi BKD dosen tersebut,” tambahnya.
Ia juga merespon pernyataan dari Dekan FTIK soal bantuan penelitian dan PkM bagi dosen. “Laporan BKD saya harap LPM dan LP2M mereport BKD dosen di setiap fakultas. Saya mengupayakan setiap tahun dosen mendapat penelitian dan pengabdian masyarakat selain di Litapdimas. Namun masalahnya karena tahun ini POK di LP2M sudah terbit, maka kebijakan ini untuk sementara ditunda dulu.”
Ia juga mengomentari soal RPS dan silabus yang disusun oleh setiap dosen. Menurutnya RPS dan silabus yang dibuat harus dipertimbangkan secara matang. Jangan asal mengajar, harus mempertimbangkan materi dan kebutuhan mahasiswa.
Berikutnya tentang kesesuaian soal dan kompetensi. Ia berharap tidak cukup hanya divalidasi saja melainkan harus dianalisis statisktik soalnya. Ia minta kepada setiap dosen untuk memvalidasi soalnya terlebih dahulu sebelum diserahkan ke prodi. Ke depan seluruh soal juga harus dikirim ke GKM dan UPM.
“Kita masih memiliki banyak keterbatasan, tapi kita harus tetap bergerak maju. Terima kasih atas perhatian bapak ibu sekalian,” pungkasnya.
Penulis: Septian Utut Sugiatno, M.Pd