Pontianak,– Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak, Prof. Dr. Hermansyah, M. Ag., hadir sebagai salah satu narasumber kunci dalam kegiatan “Serap Aspirasi Tokoh dan Lembaga Sosial Keagamaan” yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Kalimantan Barat.Pada acara yang berlangsung pada Kamis, 30 Oktober 2025 tersebut, Dekan FTIK menyampaikan materi “Memperkuat Peran Tokoh dan Lembaga Agama sebagai Perekat Kebangsaan dan Agen Perubahan di Era Disrupsi”.
Kegiatan yang dibuka oleh Kakanwil Kemenag Kalbar Dr. H. Muhajirin Yanis, M. Pd.I serta dihadiri oleh puluhan tokoh agama dari berbagai latar belakang ini bertujuan membangun sinergi untuk mewujudkan Kalimantan Barat yang harmonis, sejahtera, dan berdaya saing.
Dalam pemaparannya, Hermansyah menyampaikan materi pemantik yang mengangkat sejumlah isu strategis sebagaimana tercantum dalam materi presentasi utama. Beliau menekankan bahwa Kalimantan Barat, sebagai miniatur Indonesia yang sejati dengan keberagaman etnis dan agamanya, memiliki “kanvas keberagaman yang indah” yang harus dijaga bersama.

“Kalbar bagaikan selembar kain tenun songket. Setiap benang, yang mewakili etnis dan agama, harus menyatu kuat. Tugas kita bersama, termasuk para akademisi dan tokoh agama, adalah memastikan tidak ada satu benang pun yang terlepas,” ujar Hermansyah, mengutip metafora yang disampaikan dalam presentasi.
Lebih lanjut, Dekan FTIK tersebut membedah tantangan di era disrupsi yang dihadapi masyarakat, seperti banjir hoaks yang menggerus persaudaraan, penguatan identitas sempit, kesenjangan ekonomi, serta degradasi moral dan lingkungan. Menurutnya, para tokoh agama dituntut untuk tidak hanya piawai dalam teks kitab suci, tetapi juga turun ke dalam aksi nyata.
Hermansyah menguraikan tiga pilar peran tokoh agama yang relevan dengan konteks keilmuan FTIK: Pertama, Sebagai Perekat Sosial (Social Glue): Tokoh agama harus menjadi bridge builder yang mempromosikan teologi inklusif dan dialog substantif. Kedua, Sebagai Agen Perubahan & Pemberdayaan: Peran aktif dalam memelopori pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas dan menjadi garda terdepan gerakan menjaga lingkungan (eco-theology). Ketiga, Sebagai Pencerah Publik: Aktif meluruskan hoaks dan narasi kebencian dengan konten-konten damai yang bersumber dari nilai-nilai agama.
“Sinergi segitiga emas antara Pemerintah, Tokoh/Lembaga Agama, dan Masyarakat Sipil termasuk akademisi, adalah kunci kekuatan kita. FTIK IAIN Pontianak berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi melalui tridharma perguruan tinggi,” tegasnya.
Pada sesi rekomendasi, Beliau mendorong inisiatif pembentukan Forum Silaturahmi Tokoh Agama Kalbar dan program Religious Literacy for Youth. Ia menawarkan peran serta FTIK IAIN Pontianak sebagai mitra dalam menyelenggarakan workshop dan riset-riset strategis untuk mendukung upaya-upaya perdamaian tersebut.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Bidang Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kanwil Kemenag Kalbar, ini diharapkan tidak hanya berhenti pada tataran diskusi, melainkan dapat melahirkan aksi-aksi nyata dan berkelanjutan. Melalui partisipasi aktif ini, FTIK IAIN Pontianak kembali menegaskan kontribusinya dalam memajukan masyarakat dan menjaga harmoni di bumi Khatulistiwa.
Acara tersebut ditutup secara resmi oleh Kepala Bidang PENAISZAWA, H. Rohadi, S.Ag., M. Si. Dalam sambutan penutupannya, beliau menegaskan kembali komitmen Kementerian Agama (Kemenag) untuk senantiasa menjadi fasilitator terdepan bagi organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan. Rohadi menyatakan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan ormas keagamaan merupakan pilar penting dalam membangun sinergi untuk memajukan bangsa.
“Kemenag ingin sekali memfasilitasi dan mendorong setiap kegiatan ormas keagamaan. Sinergi yang kuat antara kita semua sangat penting, tidak hanya dalam membangun kehidupan beragama yang rukun, tetapi juga dalam berkontribusi nyata bagi pembangunan bangsa, khususnya di bidang keagamaan,” ujarnya. Melalui sinergi ini, diharapkan tercipta gerakan kolektif yang mampu menjawab tantangan zaman dan memperkuat pondasi spiritual bangsa.
